Hal mendasar yang tak dapat dilupakan dalam mempelajari cara meraih kegembiraan adalah bahwa Anda harus menempatkan kehidupan ini sesuai dengan porsi dan tempatnya. Bagaimanapun, kehidupan ini laksana permainan yang harus diwaspadai. Pasalnya, ia dapat menyulut kekejian, kepedihan, dan bencana. Jika demikian halnya sifat-sifat dunia, maka mengapa ia harus begitu diperhatikan dan ditangisi ketika gagal diraih.
Keindahan hidup di dunia ini acapkali palsu, janji-janjinya hanya fatamorgana belaka, apapun yang ia lahirkan senantiasa berakhir pada ketiadaan, orang yang paling bergelimang dengan hartanya adalah orang yang paling merasa terancam, dan orang yang selalu memuja dan memimpikannya akan mati terbunuh oleh pedang waktu yang pasti tiba.
Dalam sebuah hadits disebutkan: "Sesungguhnya ilmu itu didapat hanya dengan belajar, dan kesabaran itu diperoleh hanya dengan latihan."
Satu hal mendasar yang sangat penting diperhatikan adalah bahwa kegembiraan itu tidak datang begitu saja. Tapi, harus diusahakan dan dipenuhi segala sesuatu yang menjadi prasyaratnya. Lebih dari itu, untuk mencapai kebahagiaan Anda harus menahan dari hal-hal yang tak bermanfaat. Begitulah cara menempa jiwa agar senantiasa siap di ajak mencari kebahagiaan. Kehidupan dunia ini sebenarnya tidak berhak membuat kita bermuram durja, pesimistis dan lemah semangat. Adalah suatu kenyataan yang terelakkan bila Anda tidak akan mampu menyapu bersih noda-noda kesedihan dari Anda. Karena bagaimanapun, memang seperti itulah kehidupan dunia ini tercipta.
"Kami telah menciptakan manusia dalam susah payah."
(QS. Al-Balad: 4)
"Sesungguhnya, Kami menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya."
(QS. Al-Insan: 2)
"Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya."
(QS. Al-Mulk: 2)
Demikian penjelasan Sang Pencipta tentang tabiat dan dasar dari makhluk yang bernama manusia.
Semua itu kenyataan. Maka, Anda hanya berkewajiban mengurangi dan bukan menghilangkan kesedihan, kecemasan dan kegundahan pada diri Anda. Sebab, kesedihan itu akan sirna bersama akar-akarnya hanya di surga kelak. Terbukti, dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa para penduduk surga akan ada yang berkata,
"Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami."
(QS. Fathir: 34)
Ini merupakan isyarat bahwa kesedihan hanya akan tersapu bersih dari seseorang tatkala ia sudah berada di surga kelak. Dan ini sama halnya dengan nasib kedengkian yang tak akan benar-benar musnah kecuali setelah manusia masuk surga.
"Dan, Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada di dalam hati mereka."
(QS. Al-Hijr: 47)
Inilah dunia. Orang yang mengetahui apa dan bagaimana dunia, niscaya ia akan dapat menghadapi setiap rintangan dan menyikapi tabiatnya yang kasar dan pengecut itu. Dan kemudian, ia akan menyadari bahwa memang demikianlah sifat dan tabiat dunia itu.
Jika benar dunia seperti yang kita gambarkan di atas, maka sungguh pantas bagi orang yang bijak, cerdik serta waspada untuk tidak mudah menyerah pada kesengsaraan, kesusahan, kecemasan, kegundahan, dan kesedihan dalam hidupnya. Sebaliknya, mereka harus melawan semuanya itu dengan seluruh kekuatan yang telah Allah karuniakan kepadanya.
"Dan, siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu."
(QS. Al-Anfal: 60)
"Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh)."
(QS. Ali 'Imran: 146)
Pangdam Jaya: Ada Umat Islam Pakai 'Amar Makruf' untuk Klaim Kebenaran
-
Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman menyebut ada segelintir umat Islam
yang memakai istilah 'amar makruf nahi mungkar' untuk mengklaim kebenaran.
4 tahun yang lalu
Comments :
0 komentar to “Seni Bergembira (2nd)”
Posting Komentar