ஜ۩۞۩ஜஜ۩۞۩ஜஜ۩۞۩ஜஜ۩۞۩ஜஜ۩۞۩ஜஜ۩۞۩ஜ

I Love My Religon, My Family, and My Girl


ஜ۩۞۩ஜஜ۩۞۩ஜஜ۩۞۩ஜஜ۩۞۩ஜஜ۩۞۩ஜஜ۩۞۩ஜ

Mengukur Kesuksesan Puasa..

Wah..ga kerasa puasa segera berakhir.. Sebentar lagi idul fitri (lebaran)
Hmm..udah ada yang berubah belum dari kita setelah sekian lama berpuasa???
Tambah baik atau malah tetap gitu-gitu aja ga ada perubahan sama sekali atau malahan tambah buruk???
Wah..semoga saja puasa yang kita jalani benar-benar membawa perubahan yang berarti bagi diri kita, bukan cuma sekedar perubahan waktu makan tapi lebih dari sekedar itu yaitu meningkatnya ketaqwaan kita kepada Sang pemberi Hidup!!
Kira-kira puasa kita berhasil ga ya membuat kita lebih dekat padaNYA??
Berikut beberapa kriteria yang bisa dijadikan ukuran seberapa jauh kesuksesan kita dalam menjalani ibadah puasa kita di tahun ini..

1. Badan Lebih Sehat
Ketakwaan seseorang, sebagai bentuk hasil puasa, salah satunya bisa diukur dari kondisi kesehatannya. Puasa yang baik adalah puasa yang mampu mengubah pola makan seseorang secara lebih sehat.

Kenapa takwa bisa membawa kita pada kondisi lebih sehat? Sebab, orang yang bertakwa adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dalam hal makan, minum dan gaya hidupnya. la sudah terbiasa dengan pengendalian diri selama bulan puasa. Karena itu, menjadi mudah baginya untuk mengendalikan diri pada hari hari di luar bulan puasa.

Jadi, ada dua hal yang menyebabkan dia menjadi sehat. Yang pertama, dia telah melakukan puasa dengan benar selama bulan puasa, sehingga terjadi proses penyehatan dalam dirinya. Mulai dari penggelontoran racun-racun dalam tubuh (detoksifikasi), peremajaan sel sel (rejuvenasi) dan penyeimbangan kembali sistem kesehatannya stabilisasi).

Yang kedua, setelah berpuasa itu, ia masih tetap menjaga pola makan dan gaya hidupnya di luar bulan puasa. Sehingga, badan tetap dalam kondisi terbaik dan keseimbangannya. Akan menjadi lebih baik, jika di luar bulan puasa ia juga masih sering berpuasa. Itu akan menjaga kestabilan kondisi badannya.

2. Emosi lebih rendah
Jika selama berpuasa kita mengikuti cara-cara yang diajarkan oleh Rasulullah saw, maka bisa dipastikan emosi kita bakal lebih rendah. Sebab, berpuasa memang bukan hanya mengendalikan diri untuk tidak makan dan tidak minum, melainkan juga melatih emosi agar selalu dalam kendali akal.

Kondisi lapar dan haus memiliki peran yang cukup besar untuk selalu mengingatkan kita dalam menjaga puasa agar tetap afdhol. Tidak emosional.
Emosi adalah manifestal dari ego seseorang. Emosi biasanya berkait dengan kepentingan pribadi yang tidak kesampaian. Misalnya, marah, benci, dendam, iri, dan dengki.

Puasa yang baik adalah puasa yang mampu mengendalikan emosi. Bukan sekadar 'menahan diri' untuk tidak melampiaskan, melainkan 'mengerti' bahwa hal itu tidak perlu dilampiaskan, sebab hanya akan merugikan semua pihak. Termasuk dirinya sendiri. Lebih banyak mudharatnya dibandingkan manfaatnya.

Nah, 'mengerti' itulah sebenamya manifestasi dari keimanan seseorang. Bukan terpaksa menahan diri'. Jika sekadar keterpaksaan, maka lain kali akan dengan mudah kita lakukan. Atau, kalaupun tidak, pada saat kita terpaksa menahan diri itu, kita sebenamya sedang membangun 'penderitaan'. Padahal, 'kebaikan' mestinya tidak membawa kita kepada belenggu yang menyengsarakan, melainkan membawa kita pada 'kebebasan'
yang membahagiakan.

Karena itu, puasa. yang baik adalah puasa yang membawa kita kepada kebahagiaan ketika kita bisa berlaku tidak emosional. Karena kita telah terbebas dari belenggu emosi kita sendiri.

3. Pikiran lebih jernih
Pikiran jernih disebabkan oleh dua hal. Yang pertama, makan yang tidak terlalu banyak sehingga tidak menyebabkan kerja otak terganggu oleh kantuk. Dan yang kedua, emosi yang rendah karena kita 'faham' bahwa emosi tinggi hanya menyebabkan pikiran kita suntuk, jengkel, dan tidak terkontrol. Sebaliknya, orang yang tidak terlalu kenyang dibarengi dengan emosi rendah, maka pikirannya bakal lebih jemih dalam menghadapi berbagai macam persoalan.

Pikiran yang jernih menyebabkan akal kita berjalan secara proporsional. Orientasinya mengarah kepada kemanfaatan dan kemaslahatan bersama. Sebab jika, hanya bermanfat pada diri sendiri, itu berarti merugikan orang lain. Jika kita merugikan orang lain, maka kita sedang menanam potensial masalah di masa depan, yang nantinya bakal merepotkan kita sendiri.

Jadi berpikir jernih adalah berpikir untuk kebahagiaan kita semua. Jika kita bisa berpikir jemih berarti kita telah berhasil dalam puasa kita. Dengan kata lain kita telah menjadi orang yang bertakwa. Sebab, ini memang menjadi salah satu parameter berhasil tidaknya seseorang untuk mencapai kualitas 'Takwa'

4. Sikap lebih bijaksana
Parameter keberhasilan puasa kita juga terlihat dari sikap yang lebih bijaksana. Bijaksana adalah dampak berikutnya setelah kita bisa berpikir jernih. Orang yang tidak bisa berpikir jernih, bisa dipastikan tidak bijaksana. Yang ada di benaknya adalah kepentingan-kepentingan sempit. Misalnya, hanya berpihak kepada diri sendiri atau golonganya saja. Orang yang demikian adalah orang yang tidak bijaksana.

Atau, orang-orang yang hanya berpikir untuk kepentingan jangka pendek saja, tidak mau tahu bahwa dalam jangka panjangnya bakal menciptakan problem bagi generasi berikutnya. Dan lain sebagainya, yang intinya tidak bisa berpikir jernih dalam memandang persoalan, dan kemudian membuat keputusan yang berwawasan sempit.

Puasa mengajari kita untuk bersikap bijaksana, sekaligus melatih dalam kurun waktu tertentu. Perintah untuk berlapar dahaga, mengendalikan diri, dan sekaligus ikhtisaban (selalu melakukan evaluasi) berdasarkan iman (faham & yakin) telah mendorong kita menjadi orang yang bijaksana.

Kebijaksanaan tidak bisa dipaksakan, melainkan dilatih berdasarkan kesadaran dan kefahaman. Justru, jika kita melatih dengan rasa terpaksa, maka yang muncul adalah ketidakbijaksanaan. Yaitu, ingin selalu memaksakan kehendak kepada diri sendiri maupun orang lain.

Kebijaksanaan muncul dari keikhlasan. Keikhlasan adalah akibat dari keyakinan. Keyakinan berakar kuat setelah kita memperoleh kefahaman. Dan kefahaman kita dapatkan dari pembelajaran yang intensif sepanjang usia kita. Itulah yang disebut sebagai proses keimanan. Dan keimanan itulah yang menjadi syarat bagi orang berpuasa, yang ingin menuju kepada tingkatan 'bertakwa' alias menjalankan ibadah dengan penuh keikhlasan karena Allah semata

5. Hati lebih lembut dan peka
Parameter ke lima yang bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan puasa adalah hati yang lembut dan peka. Hati lembut dan peka sebenamya adalah dua hal yang saling terkait. Jika hatinya lembut, maka pasti juga peka. Sebaliknya jika hatinya peka, dengan sendirinya ia lembut.

Hati lembut dan peka ini adalah hati para nabi dan rasul. Rasulullah saw adalah orang yang hatinya sangat lembut. Punya kepedulian tinggi dan peka terhadap penderitaan orang-orang di sekitarnya. Nabi Muhammad orang yang sulit menolak ketika dimintai tolong. Meskipun beliau sendiri sedang dalam keadaan sulit.

Bukan hanya Nabi Muhammad, nabi Ibrahim juga termasuk orang yang berhati lembut dan penyantun. Hal itu dikemukakan oleh Allah, dibanggakan di dalam Al Our'an.

QS. At Taubah (9): 114
"Dan permintaan ampun dan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya Itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun."

Dan memang begitulah karakter orang-orang yang bertakwa. Secara gamblang Allah menyebutkan di ayat-ayat lain, bahwa orang orang yang bertakwa itu memiliki sifat-sifat terpuji seperti : selalu membantu orang-orang yang sedang menderita, baik ketika keadaan lapang atau sempit. dan lebih dari itu, mereka memiliki sifat 'sulit marah', 'mudah memaafkan'.

Gimana???
Dari kriteria-kriteria di atas udah ada ga yang masuk dalam diri kita??
Mumpung kita masih di bulan penuh berkah ini, mari kita tingkatkan makna puasa dalam diri kita biar ibadah yang kita jalani tidak sia-sia..

Salam!!

Jangan Lewatkan Yang Ini:



Comments :

0 komentar to “Mengukur Kesuksesan Puasa..”

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar